CERPEN
KISAH KLASIK SMAKU
Hai perkenalkan namaku Tia, pada saat ini aku berada di kelas 2 SMA di daerah Depok, dan kebetulan rumahku tidak terlalu jauh dari sekolahku. Aku memiliki teman bernama Tiva, Adan, dan Fayyadh. Mereka sangat asyik bagiku sampai suatu hari pertemanan kamipun berbuah.
“Kringg...Kringg.” Bunyi bel masuk dan tidak ada satupun guru yang masuk ke kelasku, karena bosan menunggu Adan dan Fayyadh bermain hal yang sangat konyol menurutku, mereka bermain membandingkan teman sebangku dan pada akhirnya Aku dan Tiva menjadi bahan perbandingan mereka.
“Eh Yadh, kata lu mending Tia atau Tiva?.” Tanya Adan terhadap Fayyadh.
“Tiva jauh lah gimana si lu Dan.” Jawab Fayyadh dengan tertawa meledek ke arah Adan.
“Kalo menurut gue mending Tia, coba deh lu liat lagi.” Ucap Adan membantah jawaban Fayyadh. Keesokan harinya...
“Eh Dan iya deh bener setelah gue liat-liat mending Tia daripada Tiva.” Ucap fayyadh kepada Adan dan Adanpun hanya tersenyum tipis.
Setelah kejadian itu Fayyadhpun mulai tertarik kepadaku. Ia selalu membalas sorotanku di Instagram, dan karna itu aku dan Fayyadh menjadi dekat. Setiap malam aku dan Fayyadh selalu bercakap lewat telepon, ada saja percakapan yang kami bahas meskipun terkadang tidak terlalu penting.
“Tengnong...Tengnong.” Bunyi ponselku karna Fayyadh meneleponku.
“Iyaa Fay ada apa?.” Tanya basa-basiku kepadanya.
“Ini loh Ti, kamu sudah membuat rangkuman tugas Bu Mega belum?.” Tanya Fayyadh kepadaku.
“Oh itu, sudah setengah Fay ini kebetulan aku sedang melanjutkan rangkumannya, kalo kamu bagaimana, apakah sudah selesai?.” Jawabku.
“Kebetulan belum ini Ti, mau kerjain bareng sambil kita teleponan ga?.” Jawab Fayyadh sambil tertawa kecil terdengar dari nada bicaranya.
“Okk mau ko Fay.” Jawabku sambil tersenyum tipis.
Tidak terasa sudah satu jam lebih kami mengerjakan tugas bercakap di telepon. Aku dan Fayyadh sering melakukan itu sampai-sampai pada tanggal 13 April Fayyadh datang ke rumahku bersama Edy. Edy adalah teman bermain Fayyadh diluar sekolah, pada saat itu Edy hanya mengantar Fayyadh sampai depan gerbang rumahku saja dan Iapun langsung beranjak pergi.
“Assallamuallaikum.” Salam Fayyadh saat didepan rumahku.
“Waallaikumsallam.” Jawabku sambil menengok keluar rumah.
“Eh Fayyadh ada apa tumben kesini.” Sambungku.
“Hmm... gini loh Ti.”
“Gini bagaimana?.” Jawabku terheran-heran.
Pada hari itu Fayyadh menyatakan perasaannya kepadaku dan tanpa berpikir lama, Aku menerima pernyataan perasaan Fayyadh tersebut. Sampai akhirnya tidak terasa kita berduapun naik ke jenjang kelas berikutnya tetapi sekarang berbeda, Aku dan Fayyadh tidak lagi berada di kelas yang sama. Meskipun demikian Aku dan Fayyadh tidak masalah karena kita selalu berangkat dan pulang bareng sekolah.
Setiap pagi Fayyadh selalu menjemputku tepat pukul 6.45 dan Ia tidak pernah terlambat. Pada suatu hari Aku menunggu Fayyadh hingga pukul 7.00 Ia tidak kunjung datang. Akhirnya pada pukul 7.15 sampailah Fayyadh dirumahku.
“Ti maaf ya aku telat, tadi ban motorku bocor dan aku kebengkel dulu tadi.” Ucap Fayyadh dengan panik kepadaku.
“Iya Fay gapapa, sudah ayu kita berangkat sekolah.” Jawabku.
Sesampainya di sekolah kamipun tidak diperkenankan masuk karena pintu gerbang sudah ditutup.
“Pak, saya gabisa masuk apa? Telat 15 menit doang loh pak, boleh lah saya masuk ya ya ya.” Ucapku kepada satpam sekolah sambil memasang muka melas terhadapnya.
“Enak saja dikira ini sekolah nenek moyangmu apa! Telat 5 menit saja tidak boleh apa lagi 15 menit. Sana mending pulang saja!.” Jawab satpam sekolahku sambil merengut dan membentaku.
Dan pada akhirnya pada hari itu Aku dan Fayyadh tidak bersekolah, kita berduapun langsung pulang kerumah masing-masing.
Tidak terasa hubungan kitapun terus berjalan sampai akhirnya kita berdua lulus dan memilih perguruan tinggi yang berbada. Pada pilihan pertama kita berdua sama-sama memilih Universitas Brawijaya namun pilihan kedua kami berbeda, Fayyadh memilih Universitas Sumatra Utara dan Aku memilih Universitas Negri Jakarta. Waktu terus berjalan sampai akhirnya pengumuman diterima atau tidaknya di universitas tersebut di umumkan. Pada saat pengumuman itu Aku merasa sedih sekali karena Aku tidak di terima di kedua universitas tersebut. Sedangkan Fayyadh diterima di Universitas Sumatra Utara. Pada saat itu aku merasa bingung harus senang karna Fayyadh diterima di universitas yang Ia mau atau sedih karena harus pisah dengan Fayyadh.
Pada tanggal 17 Juli tepat sebelum Fayyadh berangkat ke Medan aku berulang tahun yang ke-18. Fayyadh menghampiriku kerumah dan memberikan kejutan kecil untuku. Aku merasa bahagia sekali pada saat itu karna Fayyadh memberikan hadiah yang sangat indah menurutku. Keesokan harinya Fayyadh berangkat ke Medan dan kami mulai tidak bertemu langsung tentu rasanya sedih sekali untuk menerima kenyataan padasaat itu. Tetapi dengan seiringnya waktu kami mulai terbiasa dengan keadaan dimana Aku di Depok dan Fayyadh di Medan.
Setelah kita berdua menjalani hubungan jarak jauh selama dua bulan Fayyadhpun sikapnya berubah kepadaku. Dulu Ia sering sekali mengabariku sedang apa dan dimananya, tetapi akhir-akhir ini Fayyadh tidak pernah begitu lagi. Sampai akhirnya Fayyadh memutuskan untuk beristirahat dulu dalam menjalani hubungan. Setelah satu bulan kita tidak berkomunikasi tiba-tiba Fayyadh mengabariku untuk memutuskan hubungan kita yang sudah dijalani semenjak kelas 2 SMA tersebut dengan alasan yang tidak jelas. Kinipun Fayyadh dan Aku tidak lagi berhubungan bahkan sebagai temanpun tidak, karena Fayyadh menjauhiku entah karna apa alasannya.
Komentar
Posting Komentar